garut.dedi mulyadi
pernikahan
tragedi
0
Jurnalis Senior Anggap KDM Plin Plan
jabar.suarana/Bandung - Pernyataan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang plin-plan dan kontradiktif terkait insiden maut pesta rakyat pernikahan anaknya di Garut, telah mencoreng nama baiknya di mata publik. Klaimnya yang tak tahu-menahu soal acara yang menewaskan sejumlah warga ini adalah sebuah kebohongan telanjang yang tak bisa dimaafkan, apalagi setelah bukti kuat dari kanal YouTube pribadinya sendiri mencuat ke permukaan.
Bagaimana mungkin seorang Gubernur bisa lepas tangan dan mengaku tidak tahu menahu mengenai sebuah acara yang jelas-jelas sudah ia diskusikan secara detail dengan putranya, Maula Akbar? Rekaman video di kanal YouTube "Kang Dedi Mulyadi Channel" tanggal 15 Juli 2025, secara gamblang memperlihatkan Dedi Mulyadi bertanya langsung kepada Maula mengenai rangkaian acara pernikahan, termasuk pertanyaan spesifik tentang hiburan untuk rakyat dan lokasi acaranya.
"Ari ayah mah penggemarnya banyak, pasti warga ini brek (Ayah ini penggemarnya banyak, pasti warga itu tumpah ruah), warga ada hiburannya enggak nanti?" tanya Dedi dengan gamblang. Maula pun menjawab lugas, menyebutkan tanggal, jam, bahkan deretan seniman papan atas seperti Ohang, Kiwil, dan Ceu Popon yang akan menghibur warga Garut. Tidak hanya itu, Dedi juga menanyakan lokasi acara, dan Maula menjawab, "Di pendopo ada alun-alun besar, di situ. Warganya nanti diharapkan datang pada acara kesenian."
Semua percakapan ini terekam jelas, menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Dedi Mulyadi tahu persis akan adanya pesta rakyat tersebut. Lalu mengapa, setelah insiden maut itu terjadi pada Jumat (18/7), Dedi dengan entengnya berdalih di Trans Hotel, Kota Bandung, bahwa dirinya tidak tahu menahu soal syukuran dan undangan makan bersama warga?
"Yang kegiatan di Garut hari ini, acara syukuran Maula dan Putri, secara pribadi saya tuh tidak tahu acara kegiatan itu. Saya tidak tidak tahu bahwa ada cara syukuran bersama warga, kemudian mengundang warga makan bersama,” ujarnya, sebuah pernyataan yang sungguh menampar akal sehat dan menodai kepercayaan publik.
Pernyataan ini bukan hanya menunjukkan ketidakjujuran, melainkan juga sebuah sikap pengecut dan lepas tanggung jawab. Seorang pemimpin seharusnya berdiri tegak di hadapan kebenaran, bukan malah bersembunyi di balik kebohongan demi menutupi kelalaian yang berujung pada hilangnya nyawa. Ucapan Jurnalis Senior Adi Raksanagara di laman Facebook-nya, "Tisoledat mah lain ku batur, Ded" (Terpeleset itu bukan karena orang lain, Ded), adalah pukulan telak yang merangkum kebobrokan sikap Dedi Mulyadi.
Insiden ini bukan hanya soal pesta rakyat yang berujung tragis, tetapi juga tentang integritas seorang pemimpin. Dedi Mulyadi telah menunjukkan dirinya sebagai sosok yang labil, tidak konsisten, dan tidak bisa dipercaya. Masyarakat Jawa Barat patut mempertanyakan, bagaimana mungkin seorang Gubernur yang berbohong di hadapan publik bisa memimpin dengan amanah? Pertanggungjawaban moral dan hukum atas insiden ini harus dituntut tuntas, dan kebohongan Dedi Mulyadi tidak boleh luput dari sorotan dan kritik tajam. *jabar.suarana/IST